Misteri Gunung Sumbing

Jadi kali ini gue mau cerita tentang pengalaman gue mendaki gunung sumbing, kenapa gue kasih judul misteri, karena banyak sekali hal aneh yang sampai sekarang gak gue mengerti tentang perjalanan gue waktu itu. Bisa disebut itu emang gue nya yang kurang persiapan atau emang gue nya lagi apesss.

Ok jadi gue dan rombongan pada tanggal 1-2 April 2016 pergi mendaki gunung sumbing.Gunung Sumbing sendiri merupakan gunung api yang terdapat di Jawa Tengah, dan merupakan gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa setelah gunung Semeru dan gunung Slamet dengan ketinggian 3371 mdpl.  Perjalanan dari jogja ke basecamp pendakian pun sudah menyimpan misteri. Kami yang berniat dari awal ingin medaki lewat jalur Garung malah kesasar jauh hingga sampai ke jalur Mangli. Kami berangkat naik motor dari jogja sekitar pukul8  malam, di sepanjang perjalanan kami di temani hujan deras. Ban motor salah satu anggota bocor, google maps yang kami gunakan pun seakan salah memberikan arah (atau memang kami yang kurang benar baca peta), di perjalanan kami terpisah pisah, dan perjalanan seakan memutar, bermodalkan nekat kami melanjutkan perjalanan masing-masing motor dan untungnya kami bertemu di suatu kampung. Yang tentu kami sendiri tidak tau itu kampung apa, peralatan elektronik seperti handphone semua mati, kami bertanya pada warga setempat untuk mengarahkan kami ke pos pendakian gunung Sumbing terdekat, dan warga memberi arahan hingga akhirnya kami sampai di pos pendakian Mangli. 

Singkat cerita, selama perjalanan yang sudah melelahkan itu, gue merasa pusing dan badan gue sedikit demam, tapi karena nanggung sudah sampai di basecamp akhirnya kami memutuskan untuk tetap naik mendaki tapi istirahat dulu sebentar. Sesudah merasa kuat kami mulai mendaki, kami mulai medaki sekitar pukul 1 pagi. Pada jalur pendakian ini terdapat 4 pos, perjalanan dari basecamp hingga sampai di pos 1 sebenernya bisa pakai ojek motor, tapi karna kami sudah berangkat terlalu malam jadi tidak ada yang beroperasi ojek nya. Kami sampai di pos 2 sekitar jam 4 pagi dan kami memutuskan untuk membangun tenda di pos 2 saja, karena kami sudah terlalu lelah dan jarak pos 2 ke pos 3 masih sangat jauh.



Jalur pendakian dari hingga menuju pos 2 masih dipenuhi dengan hutan hutan pohon cemara. Suasana di pos 2 sangat strategis menurut kami, karena terdapat sungai kecil sebagai sumber air bersih. 

Tapi ternyata dari sini lah keanehan selama pendakian kami dimulai, jadi pagi nya saat ingin melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya, salah satu anggota kami merasa tidak enak badan, dan merasa tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju puncak. Kami tanpa pertimbangan yang matang akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan teman kami ini kami tinggalkan di tenda atas permintaan dia, sehingga kami naik ke puncak tanpa membawa tenda dan peralatan lainnya seperti sleeping bag dan matras. Kami naik hanya dengan membawa mantel dan makanan serta kompors.

Perjalanan dari pos 2 hingga pos 3 sangat melelahkan karena hampir tidak ada jalur bonus (alias jalan datar), semuanya menanjak, dan semakin siang kabut yang menutupi gunung semakin tebal. Cuaca yang awalnya cerah berubah menjadi awan hitam dan angin kencang. 


Terasa sekali pendakian dari pos 2 ke pos 3 sangat jauh, kami sampai di pos sekitar pukul 12 siang, dan itu langitnya sudah sangat gelap. Kami sempat ragu untuk melanjutkan ke puncak, tapi karena penasaran akhirnya kami tetap lanjut. Singkat cerita kami sampai di pos 4 sekitar jam 3 sore, dan hujan deras turun. Kami yang tanpa tenda dan sudah sangat kelelahan pun hanya berlindung di bawag mantel. Berniat untuk turun tapi tidak memungkin kan, karena hujan turun sangat deras dan angin badai sangat kencang, sangat beresiko jika kami memaksakan untuk turun. 


Dengan ide yang sok kreatif kami hanya berlindung di bawah mantel yang kami tahan dengan badan melingkar sehingga terdapat ruang untuk menyalakan kompor untuk menghangatkan badan. Hari semakin gelap tapi hujan tak juga reda, kami yang mulai menggigil akhirnya menompang di tenda mas mas pendaki yang lain, karena takut menyusahkan akhirnya yang menompang tenda hanya gue dan temen gue yang perempuan aja. Sepanjang malam kami menginap di tenda orang, sementara teman gue yang lain di luar.  Itu rasanya campur aduk banget, gak bisa tidur karena tentu tenda nya sempit jadi gue semalaman cuma duduk karena gak ada space kosong (harus sadar diri juga soalnya numpang), mikirin nasib temen gue yang tidur diluar dan kedinginan dan cuma berselimut mantel. 

Sepanjang malam anehnya kami selalu mendengar suara gamelan dan orang azan, padahal itu sudah sangat jauh dari pemukiman, dan kami di pos 4 yang sudah memiliki ketinggian 2900 an mdpl. Gue yang aslinya anaknya gak peka terhadap hal hal begituan akhirnya bener bener merasa takut pada malam itu, iya gue takut sesuatu terjadi sama temen gue yang ditinggal sendirian di pos 2 , kami meninggalkan teman kami itu sendirian di pos 2 dan berjanji akan kembali sebelum gelap, tapi ini kami malah terperangkap di pos 4 dan gak bisa turun apalagi melanjutkan perjalanan ke puncak. 

Semalaman kami benar benar tidak bisa tidur, semuanya kedinginan, dan sepanjang malam pula gue hanya mendengar cerita cerita dari para pendaki lain tentang apa yang mereka liat dan gak sengaja terlihat sepanjang perjalanan. Iya semua cerita itu terasa menyeramkan bagi gue yang amat penakut ini.


Akhirnya pagi, dan alhamdulilah temen temen gue yang tidur diluar itu sehat dan kami menikmati pemandangan sunrise, dan akhirnya memutuskan untuk kembali turun dan menguburkan harapan kami untuk sampai ke puncak. Karena ya puncak hanya bonus, tapi perjalanannya lah yang luar biasa. Sampai di pos 2 kami hanya istirahat sebentar dan langsung turun tanpa terlalu banyak bicara dan berhenti akhirnya kami sampai di basecamp.

Terakhir, kami menceritakan semua pengalaman kami kepada bapak yang punya rumah di basecamp (maaf lupa nama bapaknya), ternyata dari awal kami memang sudah di peringatkan untuk tidak membangun tenda di pos 2 karena sesuatu alasan. Dan yang paling kaget adalah temen gue yang ditinggal di pos 2 sendirian tadi marah karena kami meninggalkannya, karena dia tidak pernah merasa menyuruh kami untuk duluan saja, dia merasa saat dia bangun pagi pagi kami sudah hilang dan dia fikir kami sengaja meninggalkan nya. Dan semua cerita nya seharian sendirian di tenda cukup membuat saya benar benar merasa takut dan bersalah dalam satu waktu. Dan gue pribadi pulang pulang dari pendakian ini 2 minggu demam gak sembuh sembuh, iya sepertinya tenaga gue terlalu terforsir.

Inti nya perjalanan kami ini seperti memang kurang diiringi dengan niat yang baik dan lupa banyak banyak berdoa, di sepanjang perjalanan awal pun kami terlalu banyak becanda. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kami untuk bisa lebih memperbaiki sikap dan perilaku selama pendakian gunung. 

Perjalanan ini membuka pintu pikiran kami untuk lebih berhati hati dan mempersiapkan segala sesuatu dengan matang, dan semoga nanti bisa kembali lagi. 

maaf maaf ya guys kalau ada salah ketik, salah informasi 
see you in the next story :)













Komentar